Saturday 23 January 2010

Mengeja Bersama Anak

Proses belajar membaca akan berubah menjadi permainan yang menarik jika kita sebagai orang tua turut mendampingi mereka dan membantu menanamkan di benak anak-anak, bahwa tiap huruf mempunyai bunyi yang berbeda dan dari setiap bunyi tersebut akan membantu mereka untuk membuat formasi suku kata, dari satu suku kata menjadi dua, kemudian kalimat dan seterusnya.

Mendampingi anak membaca sebetulnya tidak harus dengan cara duduk monoton di meja belajar, tapi kapanpun dan dimanapun kita bisa menstimulasi mereka untuk dapat membaca. Bagi saya mendampingi anak membaca adalah tantangan, karena sekolahnya dengan pengantar bahasa Ingris, membuat saya juga ikut belajar bagaimana sebetulnya ejaan dasar bhs Ingris tersebut. Yang tentu saja saya belum pernah mengalaminya, karena memang aslinya hanya orang kampung yang terdampar di negeri orang.

Dan tentunya ngga salah jika saya juga belajar mengeja bersama Hilda anak kami. Ada yang ingin saya share disini, ternyata lagu-lagu bahasa ingris anak Tk itu bukan sembarang lagu, karena lagu-lagu yang umumnya dikenal dengan istilah nursery rhyme itu secara tidak langsung mengajarkan anak untuk membedakan bunyi huruf, atau rhyming words. Ambil satu contoh lagu misalnya, 'i'm a little tea pot, stout and shout, here's is my handle here's my spout, when the water boling here me shout, lift me over and pour me out..' terlihat bahwa konstruksi lirik lagu tersebut bukan sebuah lagu yang asal jadi. Karena di tiap akhir kata terdapat persamaan bunyi.

Begitu juga dalam mengeja huruf, setahu saya dulu ketika saya pertama kali belajar bahasa Ingris saya hanya diajarkan untuk mengeja A:ei B:bi C:si dan seterusnya, dan ternyata selama saya menemani anak kami dalam melewati proses belajar membaca, saya baru mengetahui kalau ejaan huruf kapital (upper alphabet) dan huruf kecil (lower alphabet) itu berbeda bunyinya, yang itu membantu anak untuk mengeja sesuai dengan spelling kata-katanya. Berikut ini bunyi cara mengeja lower alphabet berikut cara membacanya:

a: e, apple
b: be', bat
c: keh, cat
d: de', duck
e: e', elephant
f:feh, fan
g:geh, goat
h: heh, hen
i:i, igloo
j:jeh, jug
k:keh, kite
l:le, ladder
m:me, man
n:ne, net
o:o, octopus
p:pe, pen
q:qua, queen
r:re, rat
s:se, sun
t:te, tap
u:e, umbrella
v:we, van
w:we, window
x:se, xylophone
z:zi. zebra

Coba anda perhatikan, tentu bunyi huruf dengan kosakatanya sama bunyinya, dibandingkan jika kita mengejanya dalam ejaan huruf besar.

Biasanya dalam dictation, ketika anak saya ragu huruf v atau w dia akan memastikan sambil bertanya "Ma, v for van atau w for window?" Atau s dan x, akan bertanya se sun atau se xylophone? Karena dalam proses pengenalan suara huruf, gurunya lebih menekankan pada lower alphabet, atau huruf kecil, sehingga pada awal-awal guru akan memperbanyak kosakata, sehingga lama-lama anak akan familiar dengan kata-kata dari masing-masing huruf, misalnya a:apple, qua: queen, zi:zebra dan seterusnya. Meski demikian pada awalnya saya minta anak saya untuk mengeja lower alphabet dan saya mencatatnya, karena kadang saya sendiri juga lupa bunyinya, maklum namanya juga englishwong bukan englishman :).

Sekarang ini stage anak kami mulai membaca satu suku kata misalnya pot: pe-ot=pot, cot: keh-ot=cot. Memang yang suka pusing ibunya kalo begitu masuk ujian triwulan, apalagi anak usia tersebut terntu masih ingin waktu mainnya tidak terganggu dan kadang tergantung mood. Dan mungkin saya sendiri bukan tipe ibu yang suka mempercayakan anak pada guru privat, sehingga sehari-hari dalam proses bermain, dia seringkali saya ajak bermain sambil membaca. Meskipun di sekolah dia belajar bahasa Inggris, tetapi selalu saya usahakan untuk memahamkan kosakata yang dia dapatkan di sekolah dengan bahasa Indonesia, malah kadang bahasa Jawa juga. Lha wong bapak ibunya aslinya wong Jowo.

Saat ini yang selalu ingin saya coba stimulus adalah bagaimana agar keinginan belajarnya betul betul termotivasi, belajar menjadi bagian dari kebutuhan keingintahuaannya dan bukan sebagai paksaan yang wajib. Maka selalu saya ingatkan padanya, serial filem anak-anak tentang kisah, kambing gunung yang bodoh, atau dongeng si kebo dungu dan sebagainya. Karena memang terus terang kapanpun sebagai orang tua jangan sampai berhenti menyuntikkan stimulasi -stimulasi yang mendorong keingintahuan anak, sehingga dari keingintahuan tersebut kelak menjadi motivasi dirinya sendiri untuk selalu berusaha mencari jawaban.

Jadi jika anda berperan sebagai orang tua, atau kelak menjadi orang tua bagi anak-anaknya, jangan pernah sekali-kali lelah untuk selalu memberikan input positif atas semua keingintahuannya, rasa penasarannya, pertanyaan-pertanyaan sepelenya, kadang tanpa kita sadari hanya perhatian kitalah yang mendorong dirinya untuk lebih termotivasi dalam belajar. Meski pada prakteknya sulit, karena saya akui kesemuanya itu hampir menyita seluruh waktu yang kita punya, tapi tentunya setiap orang ingin mempunyai keturunan yang kemampuannya lebih dari yang kita punya, dan tanpa kesadaran dari sang anak sendiri melalui stimulus yang dipupuk sejak kecil, mustahil harapan tersebut jadi kenyataan.

Semoga bermanfaat.

7 comments:

Fi said...

LOKOMOTIF, datang!!
parkir dulu akh,,,,,

Fi said...

Bookmark dulu akhh... metodenya buat belajar untuk anak usia dini,,

thanks for share ;))

sibaho way said...

saya juga baru denger nih bu...
makasih infonya.. :)

btw, rumah baru nih :D

richo said...

butuh kesabaran ne, belajar dulu biar besok kalo punya anak dah canggih heheh

Kabasaran Soultan said...

nice sharing...
Mari mengeja yukkkkk

suryaden said...

weh.. podo mbak... persis wes

Hybrid News said...

Sip mam, tak nggo ngajari Bangkit nek wis iso ngomong he..he..

Templatenya keren banget Mam. Cool.