Gambar diambil dari sini
Fenomena mati litrik sudah tidak menjadi hal yang aneh di Pakistan, meski saya cukup bersyukur karena Islamabad hanya mendapatkan empat jam jatah pemadaman listrik, dengan jadwal yang rutin, antara jam 4 pagi, jam 10 pagi, jam 4 sore dan jam 9 malam, dibandingkan dengan kawasan luar kota yang jadwal rutin mati listriknya tidak tentu. Bahkan beberapa daerah di kawasan luar kota ada yang mengalami mati listrik sampai 12 jam, dengan jarak per jam padam dan sejam kemudian ada listrik untuk sejam kemudian dipadamkan kembali.
Krisis energi yang semakin parah ini secara tidak langsung mempengaruhi produksi dalam pabrik-pabrik tertentu, mempengaruhi jam kerja dan tentu saja puncaknya mempengaruhi income para pekerjanya. Ditambah makin tingginya inflasi, semakin naiknya bbm tentu saja didukung dengan makin meroketnya harga kebutuhan pokok. Lagi-lagi tentu orang-orang kelas menengah kebawah yang paling terkena imbasnya. Karena tentu saja orang-orang mampu bisa membeli generator atau UPS sebagai cadanan energi di rumah-rumah mereka.
Disaat gerbang musim panas baru di buka temperatur udara siang hari rata-rata kisaran 40 celsius, dan tentu saja ini belumlah sampai puncaknya, karena ini masih bulan April, masih ada Mei, Juni, July dan Agustus dimana temperatur mulai turun tetapi kelembaban udara yang sangat tinggi, membuat badan mengeluarkan keringat sepanjang hari. Bahkan ketika mandi..
Beberapa hari ini hampir tiap malam menjelang pemadaman listrik jam 9 malam saya habiskan waktu untuk keluar bersama anak-anak, tanpa tujuan, atau terkadang hanya untuk membeli kentang goreng atau es krim, sampai kurang dari satu jam anak-anak akan tertidur dengan sendirinya selama di jalan sampai waktunya listrik kembali nyala kami baru akan kembali pulang kerumah.
Hampir tiap hari saya melintasi ruas jalan sepanjang 7th avenue yang kanan kirinya masih di penuhi dengan padang rumput yang luas, karena pepohonan masih belum terlalu tinggi, pemandangan yang tidak aneh setiap kali saya melintasi jalan ini ketika jam mati listrik adalah, ramainya orang-orang berbondong-bondong keluar rumah masing-masing, bersama anak-anak mereka, duduk-duduk sekedar mengobrol menikmati udara diluar, atau anak-anak yang bermain kejar-kejaran dengan teman sebaya mereka, karena tetu saja dengan tidak ada listrik, udara di dalam rumah menjadi panas, dan kipas angin tentu tidak bisa di operasikan. Pemandangan ini berlangsung satu jam, sampai begitu listrik kembali menyala mereka akan bersorak dan hampir serempak mereka bangkit dari tempat duduknya untuk kembali ke rumah masing-masing. Dan keramaian yang boleh dikatakan mirip pasar malam tanpa listrik ini akan berakhir dan padang rumput di ruas jalan 7th avenue ini kembali sepi dan lengang.
Traffic light atau bang jo, juga terkena imbas, begitu listrik padam, ruas jalan persimpangan, atau round about tentu menjadi arena persaingan antar mobil pengguna jalan yang rata-rata tidak ada yang mau saling mengalah, tipikal supir Pakistan yang mengadopsi konsep might is right, sehingga lalu lintas mirip dengan pertunjukan state of anarchy, sampai pak polisi lalu lintas turun tangan dengan membawa manual traffic sign akan mengatur ruas jalan, dan memposisikan diri sebagai bang jo.
Well, rasanya sudah beberapa tahun krisis energi ini belum berhasil diatasi oleh pemerintah Pakistan, hampir setiap kali janji petinggi negara yang utama adalah bagaimana caranya untuk mengakhiri krisis energi ini, janji yang tentu saja hanya retorika politis karena sampai sekarang dengan pemimpin yang ‘katanya terpilih secara demokratis’ ini belum dapat mengatasi krisis energi.
Dan saat saya menuliskan tulisan ini pun sedang dalam keadaan mati listrik, karena nyaris aktifitas terganjal karena tidak ada listrik, mirip tinggal di belantara apalagi kalau sudah internet juga mati.
5 comments:
tak kira cuma di INA aja je mbak..yang giliran listrik..ternyata disini juga sering terjadi tho...ealaah..kok sama saja...
wahahhaa.. paraaah...
sama dengan negeri begajul.. bahkan mungkin lebih karena disana penduduknya cuman sedikit dibanding di negeri begajul...
hehe, mati listrik bukan berarti mati gaya kan mel? semoga di uzbek nanti ga ada mati listrik yaa...
Hmm... ternyata bukan hanya terjadi di sini saja.
kayaknya indonesia juga lagi merangkak ke jurang krisi energi, krisis lapangan kerja dan krisis pemimpin yang jujur lagi adil mam. ^hallah tambah parah malahan^
Post a Comment