Thursday, 3 December 2009

Mind and Body; Relasi Keimanan dan Kesehatan

Pernahkan anda menyaksikan mungkin saudara anda, teman atau kerabat dekat anda tergeletak tak berdaya dirumah sakit sementara seluruh dokter menggeleng-gelengkan kepala, pertanda tidak ada lagi harapan kesembuhan. Dalam situasi seperti ini biasanya seseorang kemudian berpaling pada harapan terakhir..Sebuah DOA..

Ada sebuah artikel menarik yang beberapa waktu lalu saya baca di majalah Time, yang mengupas tentang jiwa dan raga, sebuah riset bagaimana kesehatan seseorang didukung dengan tingkat keimanan mereka pada ajaran agamanya. Mungkin bagi yang ingin membacanya sendiri artikel tersebut dapat dibaca di Time edisi February 23, 2009.

Mungkin ada benarnya bahwa spiritualitas seseorang memberikan kontribusi positif untuk kesehatan. Hampir seluruh kepercayaan yang dianut oleh masyarakat seluruh dunia, mempercayai bahwa ada kekuatan supranatural yang bisa menyembuhkan, mungkin para ilmuan akan bertanya-tanya mengenai praktek Santeria yang dikenal di Cuba, atau Sharman di Siberia, atau yang ada didekat kita, fenomena dukun cilik Ponari. Tetapi terlepas dari itu semuanya agama mungkin dapat memberikan kenyamanan, ketenangan ketika pengobatan moderen dinyatakan gagal.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Andrew Newberg, seorang radiologist dan psikiatris di Universitas Pensylvania, mengatakan bahwa doa atau meditasi akan mempertajam daya tangkap otak, karena dalam proses doa seseorang akan mengalami suatu masa dimana seakan-akan keberaadan raganya telah menyatu dalam jiwanya, pada masa inilah seseorang merasakan kedamaian, ketentraman yang itu semuanya berpengaruh pada kesehatan. Mungkin ketika kita dipastikan tidak berumur panjang karena mengidap penyakit tertentu, meski dengan kuatnya pengobatan dan tenaga medis yang berpengalaman, mungkin doa yang kita panjatkan juga mempunyai andil dalam proses penyembuhan.

Bahkan Dr. Gail Ironson seorang psikiatri di Universitas Miami yang mempelajari HIV dan Kepercayaan Agama (HIV and Religious Belief) mengatakan, berdasarkan klien dan pasien yang sering mendatanginya, berkesimpulan bahwa spiritualitas seseorang dapat dengan baik mengontrol penyakit. Sehingga seringkali pasien yang divonis berumur tinggal empat bulan bisa bertahan hidup lebih lama dari yang di perkirakan para dokter.

Cukup berdoa dan bermeditasi memberikan kontribusi permanen pada kinerja otak kita, dari riset Newberg, mereka yang mempraktekkan meditasi akan tampak lebih tebal frontal lobes-nya ketimbang yang non-mediator. Nah, baiknya fungsi frontal lobes ini semakin meningkatkan memory otak kita. Hal ini diperkuat dengan scan otak seseorang yang mengeluh pelupa, sebelum orang tersebut mengikuti training meditasi, kemudian setelah mengikuti training meditasi kemudian di scan ulang dan hasilnya ada perbaikan memory otaknya. Hasilnya ketajaman orang tersebut membaik.

Kekuatan Puasa

Hampir semua ajaran agama dimuka bumi ini mempunyai tradisi puasa, Muslim di bulan Ramadhan, Catolik tradisi Lent, Jahudi Yom Kimpur, Hindu 18 hari di hari besarnya. Meskipun tujuan dari berpuasa tersebut bisa berupa kesehatan dan spiritualitas, tetapi mungkin didalamnya juga ada sulapan kimia dalam tubuh kita yang berubah. Hal tersebut terjadi karena dalam keadaan puasa, organ hati berfungsi memproduksi glukosa dan mengirimkan ke seluruh tubuh kita, dan perlu anda ketahui pula reservasi ini hanya berlangsung selama 24 jam, sehingga kemudian sel dalam tubuh kita mulai memecah lemak tubuh dan protein yang ada didalam tubuh kita, sehingga dalam keadaan yang demikian ini komposisi darah, termasuk hormon, neuro-transmitter dan metabolisme tubuh berubah.

Jadi disamping sisi spiritual dalam berpuasa, ternyata dengan puasa itu juga tubuh kita mengalami pembaharuan sel-sel darah yang ada dalam tubuh kita.

Doa

Kebanyakan penganut ajaran atau agama, hal yang paling berpengaruh dengan kesehatan seseorang adalah doa, mungkin anda akan selalu mendapati dokter anda akan menyarankan untuk lebih banyak berdoa ketika harapan kesembuhan tipis, hal tersebut didukung oleh penelitian dari Randolph Byrd dari San Fransisco General Hospital mengemukakan bahwa detak jantung pasien yang bedoa lebih baik dibandingkan dengan yang tidak berdoa. Karena ketika kondisi berdoa ada semacam ketenangan dan kedamain sehingga memberikan pengaruh positif pada detak jantung kita.

Keimanan dan Panjang Umur

Jika beriman pada sebutir pil akan memberikan anda kekuatan dan keyakinan untuk sembuh dari suatu penyakit, atau aman dari gangguan penyakit, mungkin percaya para Tuhan, Allah, Alloh dan ajaran agama, akan memberikan kekuatan yang lebih dasyat dari sebuah pil.

Seorang sosial demografer asal Texas Robert Hummer dari University of Texas melakukan riset atas sebuah fenomena sosial sejak tahun 1992, dan mengatakan bahwa mereka yang tidak pernah melaksanakan ajaran agamanya beresiko meninggal lebih cepat dalam kurun sembilan tahun kedepan, dibandingkan dengan seseorang yang sering menghadiri acara keagamaan, hal tersebut tentu saja dapat dipahami bahwa dengan menghadiri ritual keagamaan, atau ajaran agama, seseorang mendapat kedamaian yang didapatkan karena pengaruh kekuatan spiritual yang mempengaruhi metabolisme tubuh seseorang.

Nah, seberapa dalamkah keimanan kita pada ajaran agama kita masing-masing? karena kedalaman keimanan anda menyokong kesehatan tubuh anda.

No comments: